Narcissistic Victim Disorder: Luka yang Tak Terlihat, Tapi Nyata
Senin, 27 Oktober 2025
Dalam dunia psikologi, istilah Narcissistic Victim Disorder (NVD) belum diakui secara resmi dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5). Namun, para praktisi trauma, psikolog klinis, dan trauma-informed coach mengenali fenomena ini sebagai pola luka kompleks akibat hubungan jangka panjang dengan individu yang memiliki Narcissistic Personality Disorder (NPD).
Meski tidak tercatat sebagai diagnosis formal, dampaknya sangat nyata bagi mereka yang mengalaminya: kebingungan identitas, hilangnya kepercayaan diri, rasa bersalah yang tak beralasan, dan kesulitan membangun keintiman sehat di masa depan.
Dinamika Hubungan Narsistik dan Trauma yang Terbentuk
Hubungan dengan individu narsistik sering kali diawali dengan idealization phase — fase ketika korban merasa menjadi orang paling istimewa di dunia. Sang pelaku tampak penuh cinta, perhatian, dan pemahaman. Namun perlahan, fase ini berubah menjadi devaluation phase, di mana kontrol, kritik, dan manipulasi mulai muncul.
Melalui proses gaslighting, korban dibuat meragukan persepsinya sendiri.
Melalui silent treatment, korban dikondisikan untuk merasa bersalah setiap kali menunjukkan kebutuhan emosional.
Lama kelamaan, korban kehilangan sense of self — tak lagi tahu siapa dirinya tanpa validasi dari pelaku.
Studi oleh Herman (1992) tentang Complex PTSD menunjukkan bahwa korban relasi kekerasan emosional jangka panjang mengalami perubahan mendasar dalam persepsi diri, hubungan interpersonal, dan sistem keyakinan. Hal ini sejalan dengan pengalaman individu yang menderita NVD.
Ciri-ciri Psikologis Narcissistic Victim Disorder
1. Gaslight Fatigue – kelelahan akibat terus mempertanyakan realitas diri sendiri.
2. Emotional Dependency – ketergantungan emosional terhadap pelaku meski sadar disakiti (trauma bond).
3. Rasa Bersalah dan Malu Kronis – keyakinan bahwa semua masalah disebabkan oleh diri sendiri.
4. Hypervigilance – kewaspadaan berlebihan terhadap tanda-tanda ancaman.
5. Emotional Numbness – kehilangan kemampuan merasakan emosi dengan wajar.
6. Kesulitan Memercayai Orang Baru – sistem saraf seolah “selalu siap diserang”.
Dalam penelitian oleh Freyd (1996) tentang Betrayal Trauma Theory, dijelaskan bahwa ketika seseorang dikhianati oleh figur yang seharusnya memberikan perlindungan, sistem otak secara tidak sadar “menutup” kesadaran atas pengkhianatan itu demi bertahan hidup. Inilah salah satu fondasi terbentuknya NVD.
Proses Pemulihan: Dari Luka Menuju Kesadaran Diri
Pemulihan dari NVD bukan sekadar “move on”, tetapi proses spiritual dan neurologis yang mendalam.
Tujuannya bukan hanya lepas dari pelaku, tapi mengembalikan tubuh dan pikiran pada rasa aman.
1. Kesadaran (Awareness)
Menyadari bahwa yang terjadi adalah bentuk narcissistic abuse, bukan kelemahan diri.
Tahap ini biasanya disertai kesedihan mendalam karena melihat realitas tanpa ilusi.
2. Melepaskan Diri (Detachment)
Membatasi kontak, membangun batas sehat, dan melatih tubuh untuk tidak terus bereaksi terhadap pemicu trauma.
3. Pemulihan Identitas (Reclaiming Self)
Mengenali kembali nilai-nilai pribadi, minat, dan suara hati.
Dalam pendekatan somatic healing, langkah ini melibatkan latihan tubuh untuk membangun kembali rasa aman dari dalam.
4. Reprograming Bawah Sadar
Melatih ulang sistem keyakinan melalui afirmasi, coaching, atau terapi integratif agar pikiran tidak lagi tertarik pada pola relasi yang toksik.
5. Integrasi Spiritual
Banyak penyintas NVD menemukan makna spiritual dalam pemulihan — memahami bahwa luka mereka bukan akhir, melainkan pintu menuju kesadaran lebih tinggi.
Dalam kesadaran ini, mereka belajar membedakan antara cinta sejati dan kontrol, antara empati dan pengorbanan diri berlebihan.
Refleksi Coaching: Dari Korban Menjadi Pencipta Realitas Baru
Dalam coaching perspective, NVD bukan sekadar luka yang disembuhkan, tapi energi yang ditransformasi.
Saat seseorang pulih, ia mulai memandang dirinya bukan sebagai “korban”, melainkan pencipta realitas baru — individu yang mampu mencintai tanpa kehilangan diri sendiri.
Pemulihan dari NVD mengajarkan keseimbangan antara kasih dan batas, antara empati dan kebijaksanaan.
Ketenangan yang muncul setelah badai emosional bukan sekadar hasil terapi, tetapi tanda bahwa sistem saraf, pikiran, dan jiwa telah menemukan rumahnya kembali.
Referensi Ilmiah
Herman, J. L. (1992). Trauma and Recovery: The Aftermath of Violence—from Domestic Abuse to Political Terror. Basic Books.
Freyd, J. J. (1996). Betrayal Trauma: The Logic of Forgetting Childhood Abuse. Harvard University Press.
van der Kolk, B. A. (2014). The Body Keeps the Score: Brain, Mind, and Body in the Healing of Trauma. Penguin Books.
Gabbard, G. O. (2014). Psychodynamic Psychiatry in Clinical Practice. American Psychiatric Publishing.
Ross, C. A. (2009). The Trauma Model: A Solution to the Problem of Comorbidity in Psychiatry. Manitou Communications.