Terobsesi Salah Satu Faktor Terjadinya Mental Health Disorder
Rabu, 5 November 2025
Terobsesi (obsessive) bisa menjadi bagian dari gejala atau ciri khas pada beberapa jenis mental health disorder, tergantung konteks dan intensitasnya. Berikut beberapa contoh kondisi di mana obsesi muncul:
1. 🌀 Obsessive-Compulsive Disorder (OCD)
Ciri khasnya: muncul pikiran atau dorongan yang berulang, tidak diinginkan, dan sulit dikendalikan (obsessions), disertai perilaku berulang untuk meredakan kecemasan (compulsions).
Contoh: terus-menerus mencuci tangan karena takut kuman, atau harus memeriksa pintu berkali-kali agar merasa aman.
2. ❤️ Obsessive Love Disorder (OLD)
Seseorang merasa terobsesi terhadap satu orang tertentu, sampai kehilangan batas sehat antara cinta dan kontrol.
Contoh: selalu ingin tahu keberadaan pasangan, cemburu ekstrem, merasa hidupnya tak berarti tanpa orang itu.
3. 👁️ Body Dysmorphic Disorder (BDD)
Obsesi terhadap kekurangan fisik tertentu yang sebenarnya kecil atau bahkan tidak nyata.
Contoh: seseorang merasa hidungnya jelek padahal normal, dan menghabiskan waktu lama menatap cermin atau mencari “solusi” kosmetik.
4. 🧩 Narcissistic Personality Disorder (NPD)
Muncul obsesi terhadap citra diri, validasi, dan kekaguman orang lain.
Contoh: terus-menerus membandingkan diri dengan orang lain atau terobsesi menjadi pusat perhatian.
5. 🧠 Anxiety & Trauma-related Disorders
Kadang obsesi muncul sebagai bentuk rumination — pikiran berulang tentang masa lalu, kesalahan, atau hal-hal yang mengancam.
Contoh: seseorang terus memutar ulang kejadian traumatis di kepala meski ingin berhenti.
💡 Bedanya obsesi sehat dan tidak sehat:
Obsesi sehat: fokus sementara untuk mencapai tujuan (misalnya belajar hal baru, mempersiapkan lomba).
Obsesi tidak sehat: ketika pikiran atau perilaku itu mulai mengganggu fungsi hidup, membuat cemas, kehilangan kendali, atau menyakiti diri/orang lain.