Terobsesi Salah Satu Faktor Terjadinya Mental Health Disorder

Terobsesi (obsessive) bisa menjadi bagian dari gejala atau ciri khas pada beberapa jenis mental health disorder, tergantung konteks dan intensitasnya. Berikut beberapa contoh kondisi di mana obsesi muncul: 1. 🌀 Obsessive-Compulsive Disorder (OCD) Ciri khasnya: muncul pikiran atau dorongan yang berulang, tidak diinginkan, dan sulit dikendalikan (obsessions), disertai perilaku berulang untuk meredakan kecemasan (compulsions). Contoh: terus-menerus mencuci tangan karena takut kuman, atau harus memeriksa pintu berkali-kali agar merasa aman. 2. ❤️ Obsessive Love Disorder (OLD) Seseorang merasa terobsesi terhadap satu orang tertentu, sampai kehilangan batas sehat antara cinta dan kontrol. Contoh: selalu ingin tahu keberadaan pasangan, cemburu ekstrem, merasa hidupnya tak berarti tanpa orang itu. 3. 👁️ Body Dysmorphic Disorder (BDD) Obsesi terhadap kekurangan fisik tertentu yang sebenarnya kecil atau bahkan tidak nyata. Contoh: seseorang merasa hidungnya jelek padahal normal, dan menghabiskan waktu lama menatap cermin atau mencari “solusi” kosmetik. 4. 🧩 Narcissistic Personality Disorder (NPD) Muncul obsesi terhadap citra diri, validasi, dan kekaguman orang lain. Contoh: terus-menerus membandingkan diri dengan orang lain atau terobsesi menjadi pusat perhatian. 5. 🧠 Anxiety & Trauma-related Disorders Kadang obsesi muncul sebagai bentuk rumination — pikiran berulang tentang masa lalu, kesalahan, atau hal-hal yang mengancam. Contoh: seseorang terus memutar ulang kejadian traumatis di kepala meski ingin berhenti. 💡 Bedanya obsesi sehat dan tidak sehat: Obsesi sehat: fokus sementara untuk mencapai tujuan (misalnya belajar hal baru, mempersiapkan lomba). Obsesi tidak sehat: ketika pikiran atau perilaku itu mulai mengganggu fungsi hidup, membuat cemas, kehilangan kendali, atau menyakiti diri/orang lain.